Rabu, 11 Januari 2012

Tips Sukses Pencegahan Penyakit Kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Penyakit ini meliputi jantung koroner, penyakit serebrovaskular, penyakit arteri perifer, penyakit jantung rematik, penyakit jantung congenital, thrombosis vena dalam, dan emboli paru.

Diperkirakan sekitar 17,1 juta penduduk dunia (29% dari kematian global) meninggal akibat penyakit kardiovaskular di tahun 2004. Dengan komposisi sekitar 7,2 juta meninggal akibat penyakit jantung koroner, dan 5,7 juta meninggal akibat stroke. Pada tahun 2030 angka kematian akibat penyakit kardiovaskular diperkirakan meningkat menjadi 23,6 juta jiwa, terutama akibat penyakit jantung dan stroke.

Jumat, 25 Maret 2011

Anemia Bisa Timbulkan Risiko Penyakit Jantung

Bila Anda menderita anemia atau kurang darah sebaiknya segeralah obati penyakit tersebut dengan makan nutrisi yang tepat atau suplemen penambah darah. Karena bila dibiarkan anemia bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

Anemia atau yang biasa dikenal sebagai penyakit kurang darah merupakan suatu gejala yang disebabkan karena kurangnya zat besi di dalam tubuh. Zat besi sendiri merupakan bahan dasar dalam pembentukan hemoglobin pada darah yang membawa banyak oksigen.

Rendahnya kandungan besi (Fe) pada tubuh penderita anemia menyebabkan sel darah merah yang diproduksinya pun sedikit.

Padahal fungsi sel darah merah sangatlah penting, yaitu sebagai sarana transportasi zat gizi terutama oksigen. Itulah sebabnya mengapa orang anemia sering terlihat lemah, letih, lesu karena pasokan oksigen untuk melakukan seluruh aktivitasnya sangat minim.

"Anemia bisa memperberat kerja jantung. Kalau anemia, maka Hb (hemoglobin) rendah, padahal Hb kan membawa oksigen di dalam darah. Kalau oksigen yang dibawa sedikit akhirnya jantung bekerja lebih keras untuk mencukupi oksigen. Kalau lama-lama dibiarkan maka jantungnya akan rusak dan meningkatkan risiko penyakit jantung," jelas dr. Dharmeizar, SpPD-KGH dari Divisi Ginjal-Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM, disela-sela acara Temu Media 'Pentingnya Kontrol Tekanan Darah pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik' di Bebek Bengil Resto, Jakarta, Senin (21/3/2011).

Selain memperberat kerja jantung, jika anemia tidak tertangani dengan baik, maka dapat menyebabkan komplikasi termasuk kelelahan dan stres pada organ-organ tubuh yang tidak mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang cukup.

Gejala yang timbul umumnya bervariasi, biasanya termasuk kelelahan, pucat, detak jantung yang cepat dan tidak teratur, sesak napas, nyeri dada, pusing, gangguan kognitif, tangan dan kaki yang dingin serta sakit kepala.

Awalnya anemia begitu ringan dan terjadi tanpa disadari, tapi lama kelamaan gejalanya akan meningkat dan memperburuk kondisi.

Anemia dapat dicegah, namun tergantung pada penyebabnya. Untuk anemia yang disebabkan oleh kelainan darah bawaan, seperti anemia sel sabit, cara pencegahannya belum ditemukan.

Namun jika penyebabnya karena kekurangan zat besi, pencegahan bisa dilakukan dengan memperbanyak asupan zat besi lewat makanan. Beberapa makanan yang bisa Anda pilih diantaranya tiram, udang, hati sapi, daging, telur, susu, kacang polong hijau, kacang tanah, kedelai, dan sayuran hijau.

Yang perlu diperhatikan adalah zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.

Selain itu, beras yang kerap menjadi makanan pokok pendamping lauk pauk juga ternyata dapat mengurangi penyerapan zat besi.

Walaupun sudah banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, jangan yakin dulu terbebas dari anemia. Untuk mengatasinya, Anda harus banyak mengonsumsi pangan sumber vitamin C, seperti jeruk, tomat, mangga, dan stroberi yang dapat mempercepat penyerapan zat besi. Ketika menyantap daging, misalnya, pilih jus jeruk sebagai pelengkap.

Jumat, 11 Maret 2011

Recommended daily intake of vitamins and minerals

Food labeling reference tables
DVs used by the FDA for the following macronutrients are Daily Reference Values(DRV).


For people four years or older, eating 2,000 calories per day, the DRV's are:

Total Fat 65 g
Saturated Fatty Acids 20 g
Cholesterol 300 mg
Sodium 2300 mg
Potassium 4700 mg
Total Carbohydrate 300 g
Fiber 25 g
Protein 50 g


For vitamins and mineral

Nutrient RDI
Vitamin A 5000 IU
Vitamin C 60 mg
Calcium 1000 mg
Iron 18 mg
Vitamin D 400 IU
Vitamin E 30 IU
Vitamin K 80 μg
Thiamin 1.5 mg
Riboflavin 1.7 mg
Niacin 20 mg
Vitamin B6 2 mg
Folate 400 μg
Vitamin B12 6 μg
Biotin 300 μg
Pantothenic acid 10 mg
Phosphorus 1000 mg
Iodine 150 μg
Magnesium 400 mg
Zinc 15 mg
Selenium 70 μg
Copper 2 mg
Manganese 2 mg
Chromium 120 μg
Molybdenum 75 μg
Chloride 3400 mg
Mekanisme Efektor Neural yang Menurunkan atau Meningkatkan Temperatur Tubuh

Ketika hipotalamus (pusat suhu) mendeteksi bahwa suhu tubuh terlalu panas atau terlalu dingin, pusat akan memberikan prosedur penurunan atau peningkatan suhu yang sesuai.

Mekanisme Penurunan Temperatur Bila Tubuh Terlalu Panas

Pusat suhu menggunakan 3 mekanisme untuk menurunkan panas tubuh ketika temperatur menjadi tinggi:
1.Vasodilatasi Pembuluh Darah Kulit. Semua area dalam tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi kuat, sehingga vasodilatasi penuh meningkatkan pemindahan panas ke kulit. Hal ini disebabkan oleh hambatan pusat simpatis di hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokontriksi.

2.Berkeringat. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1 ˚C, menyebabkan pengeluaran keringat cukup banyak untuk membuang 10x kecepatan pembentukan panas basal.

3.Penurunan Pembentukan Panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebih, seperti menggigil dan termogenesis kimia, di hambat dengan kuat


Mekanisme Peningkatan Temperatur Bila Tubuh Terlalu Dingin

Pusat suhu menggunakan 3 mekanisme untuk menaikkan panas tubuh ketika temperatur menjadi rendah:
1.Vasokontriksi Kulit di Seluruh Tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan dari pusat simpatis hipotalamus posterior.
2.Piloereksi. Yang berarti “berdiri pada akarnya”. Rangsangan simpatis menyebabkan arektor pili yang melekat ke folikel rambut berkontraksi, sehingga rambut berdiri tegak, walaupun mekanisme ini pada manusia tidak berpengaruh, pada hewan memungkinkan untuk membentuk lapisan tebal “isolator udara” yang bersebelahan dengan kulit, sehingga pemindahan panas ke lingkungan sangat ditekan.
3.Peningkatan Pembentukan Panas. Pembentukan panas oleh system metabolism meningkat dengan memicu terjadinya menggigil, rangsangan simpatis untuk pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.


Rangsangan Hipotalamik terhadap Menggigil

Terletak pada bagian dorsomedial dari hipotalamus posterior dekat dinding ventrikel ketiga yang merupakan area pusat motorik primer untuk menggigil. Area ini normalnya dihambat oleh sinyal dari pusat panas pada area preoptik-hipotalamus anterior, tapi dirangsang oleh sinyal dingin dari kulit dan medulla spinalis.
Ketika terjadi peningkatan yang tiba-tiba dalam “produksi panas”, pusat ini teraktivasi ketika suhu tubuh turun bahkan hanya beberapa derajat dibawah nilai suhu kritis. Pusat ini kemudian meneruskan sinyal yang menyebabkan menggigil melalui traktus bilateral turun ke batang otak, ke dalam kolumna lateralis medulla spinalis, dan akhirnya, ke neuron motorik anterior. Sinyal ini tidak teratur, dan tidak benar-benar menyebabkan gerakan otot yang sebenarnya. Sebaliknya, sinyal tersebut meningkatkan tonus otot rangka diseluruh tubuh. Ketika tonus meningkat diatas tingkat kritis, proses menggigil dimulai. Selama proses menggigil maksimum, pembentukan panas tubuh dapat meningkat sebesar 4-5 kali dari normal.


PATOMEKANISME MENGGIGIL

NYERI

Ada tiga macam teori nyeri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Teori pola (Pattern Theory) adalah rangsangan nyeri masuk melalui akar gangliondorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang kebagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.

2. Teori pemisahan (specificity theory) menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke pinal cord melalui dorsalis yang bersinaps didaerah posterior kemudian naik ke traktus hemifer dan menyilang ke garis media ke sisi lainnya dan berakhir di korteks selebri, dimana rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

3. Teori pengendalian gerbang (gate control theory) yang dikemukakan oleh Melzak dan Wall. Teori ini lebih komprehensip dalam menjelaskan tranmisi dan persepsi nyeri. Rangsangan atau impuls nyeri yang disampaikan oleh syaraf perifer aferen ke korda spinalis dapat dimodifikasi sebelum tramisi ke otak. Sinaps dalam dorsal medulla spinalis beraktifitas seperti pintu untuk mengijinkan impuls masuk ke otak. Kerja kontrol gerbang ini menguntungkan dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam rangsangan akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat akan meningkatkan aktifitas subtansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu sehingga katifitas sel T terhambat dan
menyebabkan hantaran rasa nyeri terhambat juga. Rangsangan serat besar ini dapat langsung merangsang ke korteks serebri dan hasil persepsinya akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktifitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme sehingga aktifitas sel T meningkat yang akan menghantarkan ke otak.

4. Teori tranmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai tranmisi impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif (Hidayat, 2008).



Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Berikut ini merupakan pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :

1. Mc. Coferry (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keberadaan yang mempengaruhi seseorang, yang keberadaan nyeri dapat diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.

2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

3. Artur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak sehingga nyeri.

4. Secara umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari dalam serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Hidayat, 2008).




B. Proses Terjadi Nyeri atau Mekanisme Nyeri

Ada empat tahapan terjadinya nyeri :

1. Transduksi

Transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama. Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membrane reseptor yang kemudian menjadi impuls syaraf.

2. Transmisi

Transmisi merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinaps melewati neurotransmitter.

3. Modulasi

Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotansmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supraspinalis.

4. Persepsi

Persepsi adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan (Wibowo, 2009).

Minggu, 28 November 2010

10 Komponen Darah Pertanda Risiko Serangan Jantung

Bagi dokter jantung, darah ibarat bola kristal yang selalu bisa meramalkan risiko serangan jantung pada pasiennya. Selain dari tekanan darah, risiko tersebut juga bisa dilihat dari kadar komponen-komponen di dalamnya.

Darah yang kotor bisa menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga aliran darah terhambat. Penyumbatan itu bisa menyebabkan kegagalan fungsi jantung, bahkan juga bisa memicu stroke jika terjadi pada aliran darah ke otak.

Dikutip dari AskMen, Rabu (10/11/2010), berikut ini adalah beberapa komponen darah yang bisa meramalkan kondisi kesehatan jantung.

Apolipoprotein B (apo B)
Protein ini merupakan petunjuk kadar LDL atau kolesterol jahat di dalam darah. Kadar LDL yang tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Apolipoprotein E4 (apo E4)
Kemampuan tubuh untuk merespons perubahan pola makan ditunjukan dengan kadar apo E4 di dalam darah. Tes untuk mengukur kadar komponen ini dapat memprediksi risiko serangan jantung yang sebenarnya, lebih akurat dibanding apo B.

Chlamydia pneumoniae
Bakteri ini sebenarnya adalah penyebab utama radang paru-paru atau pneumonia. Namun keberadaannya di dalam darah bisa menunjukkan risiko tinggi untuk mengalami serangan jantung koroner.

C-reactive protein (hs-CRP)
Protein ini merupakan komponen darah yang menunjukkan adanya inflamasi atau radang yang terjadi di pembuluh darah arteri. Dibandingkan kadar LDL, kadar hs-CRP 2 kali lebih akurat memperkirakan risiko serangan jantung.

Fibrinogen
Ketika terjadi luka, komponen ini bertanggung jawab untuk menghentikan darah yang mengucur dengan cara membekukan darah di permukaan luka. Jika ditemukan dalam kadar tinggi di dalam pembuluh darah, besar kemungkinannya untuk terjadi penyumbatan yang memicu stroke atau serangan jantung.

HDL2b
Komponen ini merupakan jenis kolesterol baik (HDL) yang memberikan perlindungan terbaik bagi jantung dengan cara menyingkirkan kolesterol jahat (LDL). Seseorang berada dalam risiko tinggi untuk mengalami serangan jantung jika kadar HDL2b di dalam darah sangat kecil.

Homocysteine
Merupakan produk sampingan dari metabolisme asam amino yang dihasilkan secara alami di dalam tubuh dan akan dibuang jika sudah tidak dibutuhkan. Apabila kadarnya di dalam darah sangat tinggi, artinya ada gangguan metabolisme yang bisa memicu serangan jantung.

Lipoprotein (a) [Lp(a)]
Keberadaan protein ini di dalam darah menunjukkan peningkatan risiko serangan jantung sebesar 300 persen, bahkan ketika komponen darah lainnya berada dalam level normal.

Small Dense LDL
Merupakan jenis kolesterol jahat (LDL) dengan ukuran paling kecil dan lebih padat dibandingkan LDL yang lain. Seseorang yang memiliki kadar small dese LDL tinggi punya risiko lebih besar untuk mengalami serangan jantung.